상세 컨텐츠

본문 제목

Contoh Evaluasi Program Kerja

카테고리 없음

by telweapharsync1989 2020. 2. 29. 03:37

본문

Contoh Evaluasi Program Kerja

PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA BLUD RSUD PALABUHANRATU TAHUN 2019BAB I PENDAHULUANResistensi mikroba terhadap antimikroba (disingkat: resistensi antimikroba, antimicrobial resistance, AMR) telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia, dengan berbagai dampak merugikan dapat menurunkan mutu pela yanan kesehatan. Muncul dan berkembangnya resistensi antimikroba terjadi karena tekanan seleksi ( selection pressure) yang sangat berhubungan dengan penggunaan, sedangkan proses penyebaran dapat dihambat dengan cara mengendalikan infeksi secara optimal. Resistensi antimikroba yang dimaksud adalah resistensi terhadap antimikroba yang efektif untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan parasit. Bakteri adalah penyebab infeksi terbanyak maka penggunaan antibakteri yang dimakasud adalah penggunaan antibiotik. Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan global bagi kesehatantersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar ( standard precaution) yang tidak benar di fasilitas pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) terbukti dari 2494 individu di masyarakat, 43% Escherechia coli resisten terhadap berbagai jenisantibiotikataralain:ampisilin(34%), kotrimoksazol(29%) danklorampenikol (25%).Hasil penelitihan 781 pasien yang di rawat di di dapatkan 81% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%), kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), ciprofloxacin (22%), dan gentamisin (18%).

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Idonesia No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, pada bagian kedua perihal Jaminan kesehatan maka di butuhkan suatu pedoman pengobatan Antibotik sebagai pedoman pendukung Formularium Nasional yang dapat di gunakan sebagai acuan pada dan fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Pedoman berupa formularium nasionalc.Mengidentifikasi secara dini kejadian luar biasa (KLB) kuman infeksi di BLUD RSUD Palabuhanratud.Terwujudnya penggunaan antibiotik secara bijak diBLUD RSUDPalabuhanratu e.Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program pengendalian resistensi antimikroba dan program pencegahan pengendalian infeksi di BLUD RSUD Palabuhanratuf.Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan di BLUD RSUD PalabuhanratuIII. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATANProgram pengendalian resistensi antimikroba diRSUD PELABUHANRATU, meliputi: 1.Penyusunan program pengendalian resistensi antimikroba tahun 2018 oleh Komite PPRA10.

Melakukan evaluasi hasil pengumpulan peta kuman dan penggunaan antibiotika secara berkala 11. Penyusunan pedoman / panduan, SPO dan kebijakan yang berkaitan dengan pengendalian resistensi antimikroba antara lain: a. Panduan praktek klinik penyakit infeksi b. Panduan penggunaan antibiotik profilaksis dan terapi c.

Panduan pengelolaan spesimen mikrobiologi d. Panduan pemeriksaan dan pelaporan hasil mikrobiologi e. Panduan/pedoman PPI,KLB danSurveilan 12. Membuat indikator mutu program pengendalian resistensi antimikroba 13.

Contoh Evaluasi Program Bk

Sosialisasidanpemberlakuanpedoman/panduan/SPOantibiotik 14. Melakukan monitoring dan Evaluasi secara berkala terhadap: a. Laporan pola mikroba dan kepekaannya b.

BAB I (PENDAHULUAN)Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang merealisasi atau mengimplementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan. Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya. Evaluasi sama artinya dengan kegiatan supervisi. Kegiatan evaluasi/supervisi dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau melakukan tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan. Manfaat dari evaluasi program dapat berupa penghentian program, merevisi program, melanjutkan program, dan menyebarluaskan programDalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu hal sebagai hasil pelaksanaan program setelah data terkumpul dibandingkan dengan kriteria atau standar tertentu. Dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengatahui tingkat ketercapaian program, dan apabila tujuan belum tercapai pelaksana (evaluator) ingin mengetahui letak kekurangan dan sebabnya.

Hasilnya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau keputusan yang akan diambil. Dalam kegiatan evaluasi program, indikator merupakan petunjuk untuk mengetahui keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan.Evaluator program harus orang-orang yang memiliki kompetensi, di antaranya mampu melaksanakan, cermat, objektif, sabar dan tekun, serta hati-hati dan bertanggung jawab. Evaluator dapat berasal dari kalangan internal (evaluator dan pelaksana program) dan kalangan eksternal (orang di luar pelaksana program tetapi orang yang terkait dengan kebijakan dan implementasi program). Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan.BAB II (MODEL EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN)A.

Pengertian Model Evaluasi ProgramModel evaluasi adalah suatu model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap pembuatannya (Taypnapis, 2008: 13). Model-model ini dianggap model standar atau dapat dikatakan merek standar dari pembuatnya.B. Model-Model Evaluasi ProgramDalam evaluasi program pendidikan, ada banyak model yang dapat digunakan untuk mengevaluasi program. Meskipun antara satu dengan lainnya berbeda, namun maksudnya sama yaitu melakukan kegitan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program.Model-model evaluasi ada yang dikatagorikan berdasarkan ahli yang menemukan dan yang mengembangkannya dan ada juga yang diberi sebutan berdasarkan sifat kerjanya.

Dalam hal ini Stephen Isaac (1986,dalam Fernandes 1984) mengatakan bahwa model-model tersebut diberi nama sesuai dengan fokus atau penekanannya. Lebih jauh Isaac membedakan adanya empat hal yang digunakan untuk membedakan ragam model evaluasi, yaitu:Berorientasi pada tujuan programBerorientasi pada keputusan- decision oriente dBerorientasi pada kegiatan dan orang-orang yang menanganinya- transactional oriented.Berorientasi pada pengaruh dan dampak program- research oriented.Ada beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu model evaluasi program adalah:1. Stufflebeam’s Model ( CIPP Model )Model ini mula-mula dikembangkan oleh Stufflebeam dan Guba tahun 1968. CIPP merupakan kependekan dari Context, Input, Prosess, and Product.

Contoh Evaluasi Program Kerja Kepala Sekolah

Stufflebeam membuat batasan (merumuskan) terlebih dahulu tentang pengertian evaluasi sebagai “educational evalution is the process of obtaining and providing useful information for making educational decisions” (Evaluasi pendidikan merupakan proses penyediaan/pengadaan informasi yang berguna untuk membuat keputusan dalam bidang pendidikan).Gambar 1. Hubungan antara Evaluasi dengan Pengambilan KeputusanKeunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan ( decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program.